Tuesday, December 13, 2005

Membangun wawasan internet di kampung

Assalaamu'alaikum W W.

Mungkin untuk IT ini dapat mengembangkan apa yang telah kami rintis di MUS(Miftahul 'Ulumi Syariah) V Suku Canduang, Agam. Kalau dapat dijadikan pilotprojectnya, mungkin akan lebih bagus. Yang kami rintis memang kecil dan mungil, tapi merakyat dan dapat self finance.

Tadinya di MUS ada kerjasama membuka kursus komputer dengan salah satu pusat kursus kumputer (di Bukittinggi atau Padang?). Tapi ternyata macet dan komputernya ditarik semua. Kemudian terbit ide di keyboard komputer saya ini. Di Minangnet, orangnya yang terkenal keras dan kadang membelakang kelangit, saya coba menjojokan galeh. Banyak hambatan memang, sehinggadiskusi jadi melebar, apa lagi yang akan dibantu adalah berupa pesantren, yang dimata mereka pendidikannya tertinggal dan mempelajari yang kurang perlu, budaya padang pasir. Tapi dengan kemauan yang agak ulet dan bertahan dengan logika mereka, saya berhasil menggaet sumbangan untuk membeli beberapa komputer. Ditambah lagi oleh sumbangan dari rekan yang tergabung di ekonomiRN dan rantaunet. Alhamdulillah kami dapat mengumpulkan 10 komputer. Karena kursus komputer biasanya terkendala dana, karena pengikut kurang, kami diskusikan ide baru yang merakyat, dan berhasil berjalan dengan baik sampai saat ini. Yang belajar malah ada orang tua segala. Caranya, kursus dipimpin oleh instruktur yang siap setiap saat, bergantian dua atau tiga tenaga pengajar.

Prinsip kursus adalah menekan idle capacity,atau memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Biasa kursus komputer membayar per paket (lk Rp. 250.000), tapi kami memperkenalkan yang lain, setiap pengikut membayar Rp. 1.500 perjam, dan waktu ikut kursus terserah mereka, selama PC/seat masih ada. Kursus berjalan dari jam 08:00 - 21:00, termasuk Sabtu Minggu. Sehingga jam belajar tersedia 10 komputer x 13 jam = 130 jamPC/hari atau 3900 jam perbulan atau mungkin menghasilkan Rp. 5,850,000 perbulan. Ambil akupansi cuma 60%, maka penghasilan dapat Rp. 3,510,000. Sehingga dapat membayar 2 orang pengajar full time. Karena, waktu belajar bebas, anak SD disekitar yang masuk siang dapat belajar pagi dan yang masuk pagi dapat belajar siang atau malam hari. Mereka belajar juga setiap memiliki uang Rp. 1.500 atau dengan kata lainnya, setiap orang tua mereka mau mengurangi rokok 2 batang sehari. Atau mamak (om)-nya yang merantau dapat mensubsidi mereka belajar komputer. Beberapa dari mereka telah berhasil mengirim email kesaya di Jakarta, sayang mereka tersandung biaya pulsa telkom yang tak sanggup mereka bayar. Seandainya ada bantuan line internet kesekolah tersebut, insyaAllah kemajuan berkomunikasi dapat meningkat dengan pesat. Dan sesuai harapan, banyakkesempatan berbisnis yang akan terbuka, terutama antara kampung dan perantau. Mungkinkah Gebu Minang mau menyumbang line internet dan biaya bulanannya ya?

Wassalaamu'alaikum W W
St. Parapatiah

No comments:

Post a Comment