Saturday, March 10, 2007

SHALAT KHUSUK

(Dari buku Bahan Renungan Kalbu – Penghantar Mencapai Pencerahan Jiwa – Ir. Permadi Alibasyah)

A) BEBERAPA MOTlVASI MENGATASI RASA MALAS SHALAT:

  1. Shalat adalah perintah yang disampaikan Allah secara langsung kepada nabi Muhammad saw., tanpa melalui perantaraan malaikat Jibril.

[Hal ini menunjukkan betapa tingginya nilai shalat itu disisi Allah].

2. Shalat adalah wasiat Rasulullah saw. terakhir yang disampaikan berulang-ulang kali pada waktu beliau dalam keadaan sakratul maut (!)

3. Shalat adalah bukti pernyataan takluk manusia kepada Allah,

    Bila diibaratkan dalam sistem pemerintahan, sebagai Wilayah yang mengakui Pemerintah Pusat, maka Wilayah tersebut harus mengirimkan upeti atau pajak ke Pemerintah Pusat. Meskipun Wilayah itu makmur, namun bila Wilayah itu tidak mengirimkan upeti / pajak, maka Pemerintah Pusat akan menganggap bahwa Wilayah itu tidak lagi mengakui kedaulatannya. Dan konsekuensinya tentu Pemerintah Pusat akan mengucilkan bahkan memerangi Wilayah itu. Demikian juga halnya dengan shalat. Meskipun orang itu 'makmur' dengan perbuatan ibadah, namun ia tidak mengerjakan shalat, maka Allah akan menganggap orang itu tidak mengakui-Nya sebagai 'Sembahan Manusia'. Dan sebagai konsekuensi logisnya, tentu la akan menolak (tidak meridhoi) amal yang dilakukan oleh orang itu.

Rasulullah saw. bersabda :

"Ama[an yang pertama kali dihisab dari seseorang hamba pada hari kiamat ialah shalatnya, maka jika shalatnya diterima akan diterima pulalah daripadanya semua amalannya, tetapi jika shalatnya ditolak maka akan ditolsk pulalah semua amalannya." (Riwayat Thabrani)

4. Shalat adalah sarana untuk memperoleh pahala yang tinggi, yang sangat diperlukan di akhirat kelak [Oleh karena itu, meninggalkan shalat berarti membuang peluang emas].

      Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. Al-Ankabut (29):45

      Apakah yang memasukkan kamu ke dalam neraka?

      Mereka menjawab : "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.” Al-Muddatstsir (74):42,43

5. Makin berat suatu ujian, maka tentunya akan semakin besar pula pahala yang diperoleh. Shalat adalah ujian yang berat. Jadi, bila rasa malas ini berhasil diatasi, maka kita akan memperoleh pahala yang besar.

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan

bersabarlah kamu dalam mengerjakannya ...... Thaahaa (20): 132




B) USAHA UNTUK MENDATANGKAN KEKHUSUKAN SHALAT :

1) Rasulullah saw. bersabda :

      Jika engkau tegak mengerjakan shalat, maka lakukanlah shalat itu seakan-akan shalatmu yang terakhir!

2) Berserah diri dan bersabar dalam mengerjakannya.

3) Ikhlaskan jiwa raga kita keharibaan-Nya.

      . . . Luruskanlah muka / dirimu di setiap shalat, dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya ....

      AI-A'raaf (7):29

4) Baca bacaan shalat perlahan-lahan dengan memahami semua artinya.

Rasulullah SAW bersabda: ”Seorang

selesai mengerjakan shalat, tetapi yang

diterima dari shalatnya itu sepersepuluhnya,

sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuh-

nya, seperenamnya, seperlimanya, seperempat-

nya, sepertiganya dan seperduanya.” Ketika

ditanya oleh para sahabat, kenapa begitu ya

Rasulullah, beliau menjawab: ”Shalat

yang diterima hanya yang dime-

ngerti oleh pelakunya.”

Rasulullah SAW bersabda, ”Bagi orang

yang berangan-anagn dalam shalatnya, maka ia

tidak memperoleh apa pun selain ari

angan-angannya itu!”


INDIKATOR KEBERHASILAN SHALAT,

Tidak semua shalat diterima oleh Allah, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw, ”Nanti, pada hari Kiamat, ada orang yang membawa shalatnya di hadapan Allah SWT. Kemudian shalatnya diterima dan dilipat-lipat seperti dilipat-lipatnya pakaian yang kotor dan usang. Lalu shalat itu dibantingkan ke wajafinya!”.

Adapun indikator dari shalat yang diterima adalah yang mampu mengerem pelakunya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar, yaitu sebagaimana difirmankan Allah berikut :

Sesungguhnya shalat mencegah dari

perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. AI-Ankabut (29):45

Dalam salah satu hadits, diriwayatkan Rasulullah SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan shalat itu seperti orang yang mandi. Bila seseorang mandi 5 kali sehari tetapi badannya belum bersih juga, beoleh jadi karena air yang digunakannya memang kotor, atau di waktu mandi itu ia tidak menggunakan sabun. Jadi, jika ada orang yang mengerjakan shalat 5 kali sehari tetepi perilakunya masih buruk juga, berarti orang tersebut belum memahami benar akan arti shalatnya!”

Dengan demikian jelaslah bila kita masih juga melakukan perbuatan keji dan mungkar, tidak perlu mencari sebab lain, pastilah ada yang tidak beres dengan shalatnya !

    • Menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong akan sulit dilakukan bila tidak memiliki keyakinan bahwa satu-satunya jalan untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah melalui taat pada aturan main yang dibuat oleh Allah dan Rasulullah saw.

    • Sabar adalah perintah Allah yang harus ditaati dan dilaksanakan, dimana 'azan'nya aaalah musibah dan indikator keberhasilannya adalah ikhlas. Dalam menghadapi manusia yang berlaku zalim, lakukanlah sabar semata-mata karena menyadari itu adalah perintah Allah. [Allah berfirman dalam surat Luqman (31): 17: ... dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan Allah].

    • Sabar dan shalat merupakan pasangan yang tak terpisahkan. Menahan beban musibah dilakukan dengan sabar, sedangkan 'pelepasannya' dilakukan dengan shalat.

    • Pelaksanaan sabar dan shalat sebagai ikhtiar untuk mempertahankan kebahagiaan batiniah, tidak membebaskan kita dari kewajiban lahiriah melaksanakan "amarma'rufnahi munkar."


C) MENUJU SHALAT KHUSUK

Janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,

sampai kamu mengerti apa yang kamu ucapkan. An-Nisaa' (4):43

Seorang ahli hikmah berkata : "Alangkah menggelikannya orang yang mengucapkan bacaan shalat sekedar hafalan belaka, tanpa menyadari maknanya. Tidakkah hatinya mengakui bahwa shalat akan mengkilapkan hati dan memperkokoh ingatan kepada Allah SWT? Tidakkah nuraninya menyadari, bahwa pada waktu shalat jiwa kita sedang bersujud menyembah-Nya?"

Khusuk dalam shalat ditimbulkan oleh paling sedikitnya tiga keyakinan, yaitu keyakinan bahwa Allah melihat segala gerakan-gerakan hamba-Nya, keyakinan akan Keagungan-Nya, serta keyakinan tentang kekurangan diri dalam melaksanakan tugas-tugas yang telah ditentukan-Nya. Oleh karena itulah, para ahli rnengatakan bahwa khusuk adalah buah keimanan dan hasil keyakinan akan keagungan Allah SWT.

Shalat yang khusuk mampu membersihkan karat-karat yang ada di hati. Dan bila hati telah bersih mengkilap, hidayah Allah akan mudah melekat. Itulah sebabnya orang-orang yang hatinya bersih, seringkali disingkapkan "rahasia-rahasia kerajaan-Nya." Beruntunglah orang yang dapat selalu khusuk dalam shalatnya.

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)

orang-orang yang khusuk dalam shalatnya. Al-Mu'minun (23): 1-2.

Diriwayatkan bahwa Ali bin Abi Thalib r.a. apabila datang waktu shalat, seringkali tubuhnya tampak gemetar serta wajahnya mendadak berubah. Ketika seorang sahabat bertanya padanya mengapa demikian, ia pun menjawab, "Telah tiba waktu untuk melaksanakan amanat Allah yang ketika ditawarkan kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, mereka semua menolaknya karena khawatir tidak dapat memikulnya, tapi kini aku memikulnya".

Diriwayatkan pula, bahwa Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali r.a., apabila selesai berwudhu acapkali wajahnya berubah pucat pasi. Pernah keluarganya menanyakan hal itu kepadanya, namun ia kemudian balik bertanya, "Tidakkah kalian tahu di hadapan siapa aku akan berdiri ?"

Seorang ahli hikmah berkata, "Shalat adalah ibarat hasil karya yang dipersiapkan khusus untuk bekal di padang mahsyar nanti. Maka terpulang kepada dirinya sendiri, apakah ia akan memperindahnya ataukah memperburuknya. Bila memperindahnya, maka ia sendiri yang beruntung; dan bila memperburuknya ia pula yang akan rugi."


MENTAL YANG DIPERLUKAN MENUJU SHALAT KHUSUK:

Rasulullah saw. bersabda:

“Tidak ada suatu kebaikan apa pun yang dapat diperoleh seseorang dari

shalatnya, kecuali hanya sekadar yang dikerjakannya dengan kesadaran."

Menurut Imam Ghazali, shalat yang dilakukan dengan "kesadaran" itu, harus mengandung paling sedikitnya enam keadaan jiwa sebagai berikut :

1) Adanya kehadiran hati, yaitu kosongnya hati dari segala sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan shalat.

    Bila hati tidak hadir dalam shalat bukanlah berarti dia sedang menganggur. Namun dia sedang berkelana menjelajahi urusan dunia. Cegahlah hal ini dengan menghadirkan nuansa bahwa akhirat itu jauh lebih utama dari pada dunia. Timbulkanlah rasa malu mengapa hati kita dapat hadir pada saat berhadapan dengan pejabat tinggi negara, dan kabur pada waktu menghadap tuhannya pejabattinggi itu!

2) Adanya pemahaman yang mendalam mengenai makna yang diucapkan.

3) Adanya rasa takzim.

    Rasa takzim atau "penghormatan" ditimbulkan oleh dua jenis keyakinan, yaitu keyakinan tentang keagungan atau kebesaran Allah; dan keyakinan tentang kehinaan diri. Rasa takzim ini akan menimbulkan kepasrahan, kerendahan hati, dan kekhusukan.

4) Adanya rasa takut yang disertai pengagungan.

    Takut yang disertai pengagungan, adalah suatu keadaan jiwa yang timbul sebagai buah dari keyakinan-keyakinan tentang besarnya kemampuan, keperkasaan, serta kekuatan kehendak Allah. Semakin men genal sifat-sifat Allah, maka semakin bertambah pula rasa ini.

5) Adanya rasa pengharapan, yaitu mengharapkan shalatnya dapat diterima dan diberi ganjaran pahala.

    Nuansa ini akan lebih terasa bila seseorang itu meyakini akan kebenaran firman Allah pada waktu la menjanjikan surga bagi mereka yang shalat.

      dan orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. Al-Mu'minun (23):9,10, 11

6) Adanya rasa malu, yaitu perasaan malu disebabkan kelalaian dalam mentaati perintah-perintah-Nya.

    Keadaan ini dapat timbul dengan adanya pengakuan akan kekurang-sempurnaan atau kekurang-ikhlasan dalam mengerjakan perintah-perintah-Nya, atau pun menyadari bahwa Allah yang selama ini telah memberi begitu banyak karunia, selalu kita kalahkan dengan urusan-urusan duniawi yang sebenarnya belum pasti akan kita peroleh.

Sebenarnya tak ada sesuatu pun yang dapat merusak shalat kecuali pikiran-pikiran duniawi yang melintas. Karena itu, obat yang paling baik untuk menghadirkan hati ialah menolak pikiranpikiran tersebut. Untuk itu carilah dahulu penyebab-penyebabnya. Penyebab-penyebab ini bisa datang dari luar atau dari dalam diri sendiri. Penyebab dari luar, adalah suar~ yang terdengar di telinga atau pun sesuatu yang tampak di mata. Hal ini dapat dihilangkan, misalnya dengan melaksanakan shalat di tempat yang sepi atau dengan mendekat ke dinding sehingga lingkup pandang menjadi sempit. Banyak ahli ibadah yang menghindarkan sajadah warna warni dan memilih ruangan sempit dan gelap yang luasnya cukup sekedar untuk bersujud saja. Namun ada juga ahli ibadah yang melaksanakan shalat di masjid yang ramai sambil menundukkan pandangan yaitu membatasinya hanya di tempat sujud saja. Bagi mereka, di antara persyaratan kesempurnaan shalat ialah tidak mengenal siapa yang berada di sebelah kanan dan kirinya.

Penyebab tidak dapat hadirnya hati pad a waktu shalat yang berasal dari dalam diri sendiri lebih rumit dan lebih berat. Seseorang yang hatinya bercabang-cabang di lembah dunia, tidak mungkin mampu memusatkan pikirannya. Menundukkan pandangan pun tidak akan ada manfaatnya. Orang semacam ini harus memaksa dirinya untuk memahami apa yang dibacanya, mulut mengucapkan lisan sedangkan hat; menterjemahkannya. Dengan cara ini hati mempunyai 'pekerjaan' sehingga tidak sempat untuk mengingat yang lain.


Dikisahkan bahwa Rasulullah saw. pernah meminta agar tali sandalnya diganti dengan yang baru. Namun, ketika dalam shalat hatinya membayangkan betapa bagusnya tali sandal itu, maka beliau memerintahkan agar ditukar kembali dengan yang lama. Pernah pula beliau mengenakan sandal baru dan tertarik kepada keindahannya sampai hal ini terbawa dalam shalatnya. Begitu selesai shalat, beliau langsung memberikan sandal terse but kepada peminta-minta pertama yang dijumpainya dan memerintahkan Ali bin Abi Thalib agar membelikan sandal dari kulit yang kasar. Begitulah cara yang dicontohkan Rasulu/lah saw. memotong pikiran atau lamunan yang dapat m'erusak kekhusukan shalat.

Dari uraian di atas jelaslah untuk dapat menuju ke shalat yang khusuk, maka terlebih dahulu kita harus 'mengurung' dengan ketat penyebab-penyebab kesibukan hatL Usahakanlah paling sedikit setengah atau sepertiga dari shalat itu kita lakukan dengan kesadaran (selamat dari was-was), sehingga kita masih tetap dapat memperoleh pahala sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW:

“Adakalanya seseorang bershalat, namun tidak diterima darinya setengahnya

atau sepertiganya atau seperlimanya atau seperenamnya, ataupun sepersepuluhnya.

Sesungguhnya shalat yang diperhitungkan bagi seseorang

hanyalah sekedar yang dikerjakannya dengan sadar.”


NASIHAT IMAM GHAZALI:

Berikut disampaikan nasihat dari seorang ulama besar Islam yang hidup pada akhir abad kesepuluh, yang berisi kiat-kiat untuk memperoleh shalat khusuk :

Pada saat mulai berdiri menghadap kiblat, yakinilah bahwa engkau kini tak sedetik pun luput dari pandangan Allah. Karena itu berdirilah dengan sikap seolah-olah engkau berada di hadapan salah seorang raja masa kini, yaitu jika engkau belum mampu menyadari bahwaAliah melebihi raja dari sekalian raja!

Sebelum takbiratul ihram hendaknya merenung sejenak membayangkan kengerian terhadap neraka dan nikmatnya surga, serta menyadari kepada siapa kita akan bersujud. Jauhkanlah hal-hal yang dapat meracuni perasaan. Kemudian, kuatkanlah niatmu untuk memenuhi dengan ikhlas perintah Allah akan kewajiban shalat serta bertekad akan melaksanakannya dengan sesempurna mungkin. Ingatlah sabda Rasulullah saw., "Allah SWT menghadapi orang yang sedang shalat selama orang itu tidak berpaling.”

Pad a waktu mengucapkan takbiratul ihram, camkanlah : jika lidahmu telah mengucapkannya, maka janganlah hatimu mendustakannya. Jika dalam hatimu masih ada sesuatu yang lebih besar dan lebih berpengaruh dari Allah swt, maka Allah pasti menyaksikan bahwa engkau telah berdusta!

Pada waktu membaca doa iftitah, "wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal ardla ..." (kuhadapkan wajahku kepada Sang Pencipta langit dan bumi ...) , sadarilah bahwa yang dimaksud wajah disini adalah 'wajah hati'. Periksalah hatimu, adakah ia menghadap ke arah angan-angan kepentingan duniawi, ataukah ia menghadap Allah Sang Pencipta langit dan bumi? Hati-hatilah jangan sampai awal ucapanmu dalam munajat ini dimulai dengan bohong dan dusta!

Dan bila engkau berkata, "hanifan musliman..." (sebagai seorang :Muslim yang lurus) , maka ingatlah sabda Nabi saw, "Seorang Muslim ialah yang kaum Muslimin lainnya selalu merasa aman dari gangguan lidah dan tangannya". Tekadkanlah bahwa engkau ingin menjadi Muslim yang baik dan sesalilah kesalahan-kesalahanmu selama ini terhadap sesama Muslim.

Dan bila engkau mengucapkan, "Wama ana minal musyrikin.." (Dan tidaklah aku termasuk orang yang musyrik), maka bangkitkanlah perasaan bahwa ibadah kita ikhlas, bukan mengharapkan pujian dari manusia. Dan waktu mengucapkan, "wamahyaya wamamati lillah" (hidupku dan matiku untuk Allah), maka tekadkanlah bahwa kehidupan di dunia ini memang hanya semata-mata untuk diuji dalam mematuhi perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya (!).

Pada waktu engkau mengucapkan, "A'udzubillahi minasy syaithanir rajim" (aku berlindung kepdaa Allah dari setan yang terkutuk), maka ingatlah bahwa sekarang setan sedang bersiap-siap memalingkan hatimu dari Allah swt agar shalatmu kacau. Karena itu pertebal kesiagaan supaya pikiran atau hati tidak melantur diperdayai setan sehingga engkau tidak memahami makna yang dibaca.

Apabila engkau mengucapkan,"Bismillahir rahmanir rahim", pahamilah bahwa engkau sedang mengatas-namakan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Apabila engkau mengucapkan, "Alhamdulillah ...", maka hadirkanlah dalam hatimu perasaan bersyukur atas nikmat yang telah engkau peroleh. Ingat sabda Rasulullah saw. bahwa janganlah kita melihat orang yang berada di atas kita, tapi lihatlah nasib orang yang berada di bawah kita.

Pada saat mengucapkan "ar-Rahman ar-Rahim" (yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang), rasakanlah segala kasih sayangNya yang telah engkau nikmati.

Apabila engkau mengucapkan, "Maliki yaumiddin.." (Sang Pemilik Hari Pembalasan), maka bangkitkanlah perasaan takzim dan rasa takut dalam hatimu, karena Dia lah yang menjadi satu-satunya Penguasa pada waktu Hari Pembalasan nanti. Dia lah yang akan menentukan tempatmu di surga atau neraka.

Setelah itu, perbaharuilah keikhlasanmu ketika mengucapkan, "Iyyaka na'budu" (hanya kepada-Jvt.u kami menyem6afi). Dan ketika mengucapkan, "wa iyyaka nasta'in" (dan kepada-Mu kami mohon pertolongan), hadirkanlah perasaan bahwa dirimu tidak mampu mencapai sesuatu pun tanpa pertolongan-Nya.

Kemudian ucapkanlah, "Ihdinasshirathal mustaqim" dengan perasaan berserah diri dan penuh harap Allah akan selalu mengaturkan jalan hidup kita pada jalan yang lurus.

Pada waktu ruku, ikutilah dengan ketundukan hati kepada Allah dan merendahkan diri kepada-Nya.

Bila mengucapkan, "sami'allahu liman hamidah" (Maha mendengar Allah akan pujian orang yang memuji-Nya), maka yakinilah bahwaAllah akan memenuhi apa yang telah kita baca.

Kemudian iringi dengan perasaan syukur ketika mengucapkan, "Rabbana lakal hamd' (Ya Rabb kami, bagi-Mu segala puji).

Pada waktu sujud, rasakanlah kehinaanmu sehingga ikhlas merendahkan diri meletakkan kepalamu di tempat yang paling rendah. Hadirkanlah perasaan takzim dalam menyembah ini. Ingatlah bahwa pada waktu sujud itu, seorang hamba berada paling dekat dengan Tuhannya.

Demikianlah seterusnya, setiap lisan yang diucapkan harus selalu diikuti oleh hati dengan penuh pengertian akan maknanya. Semoga kita tidak termasuk kategori orang yang dimaksud dalam sabda Rasulullah saw. berikut :

Banyak orang yang mengerjakan shalat, sementara bagian yang didapat dari kerjanya adalah lelah dan payah.”D) MEMAHAMI MAKNA SHALAT

Allah telah berfirman bahwa shalat adalah ibadah yang paling utama. Oleh karena itu alangkah ruginya bila ibadah yang paling utama ini dilakukan hanya sekedar rutinitas belaka tanpa memahami akan maknanya.

Rasulullah SAW bersabda: ”Seorang

selesai mengerjakan shalat, tetapi yang

diterima dari shalatnya itu sepersepuluhnya,

sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuh-

nya, seperenamnya, seperlimanya, seperempat-

nya, sepertiganya dan seperduanya.” Ketika

ditanya oleh para sahabat, kenapa begitu ya

Rasulullah, beliau menjawab: ”Shalat

yang diterima hanya yang dime-

ngerti oleh pelakunya.”

Bila direnungkan, sumber utama dari 'kekacauan' pelaksanaan shalat adalah karena hati tidak sepenuhnya hadir di dalam shalat, tetapi ia sibuk mengingat yang lain. Ada resep yang dapat digunakan untuk menghadirkan hati selama shalat, yaitu bibir melafazkan bacaan shalat sementara pada saat yang bersamaan hati menterjemahkannya. Dengan cara ini hati mempunyai 'pekerjaan' sehingga tidak sempat untuk mengingat yang lain.

Wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal ardho

Aku hadapkan wajahku kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi,

hanifan musliman

dengan keadaan suci lagi berserah diri;

wama ana minal musyrikin

dan aku bukanlah darigolongan orang-orang musyrik.

Inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati

Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, matiku

Lillahi robbil ’alamin

semata-mata lianya untuk Allah, Rabb sekalian alam.

La syarikalahu wa bidzalika umirtu

~ Tidak ada sekutu bagi-Nya, demikian aku diperintahkan,

wa ana minal muslimin.

Dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri.

A'udzu billahiminasy syaithonirrojim

Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan setan yang terkutuk.

Bismillahirrohm~nirrohim

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Alhamdulillahi robbil'alamin

Segala puji bagi Allah, Rabb sekalian alam

Arrohmanirrohim

yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Maliki yaumiddin

yang menguasai Hari Pembalasan

Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in

Hanya kepada Engkau kami mengabdi dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan

Ihdinash shirathol mustaqjm

Tunjukilah kami jalan yang lurus

Shirotholladzina an 'amta 'alaihim,

jalannya orang-orang yang telah 'Engkau beri nikmat,

ghoiril maghdhubi 'alaihim

bukannya jalan orang-orang yang Engkau murkai

waladh dhollin

dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat.

Amin

Kabulkanlah permohonan kami ya Allah


Subhana robbiyal'azhim

Maha suci Allah yang Malia Agung

Sami'allahu liman hamidah

Maha mendengar Allah akan pujian orang yang memuji-Nya

Robanaa lakal hamd.

Ya Allah, untuk-Mu lah segala puji

Subhana robbiyal a'la

Maha suci Allah yang Maha Tinggi


Allahummaghfirli,

Ya Allah, ampunilah hamba,

warhamni,

kasihanilah hamba,

wajburni,

lindungilah hamba,

wahdini,

berilah hamba petunjuk,

warzugni

berilah hamba rejeki

Qul hu allahu ahad

Katakanlah: “Dia-lah Allah yang Maha Esa,

Allahuhus shomad

Allah tempat bergantung

Lam yalid walam yulad

tidak beranak dan tidak pula diperanakkan

walam yakullahu kufuwan ahad

dan tidak ada sesuatu pun yang menyamai-Nya"

Attahiyyatu lillah, wash sholawatu waththoyyibatu

Segala kehormatan, segala doa dan semua yang baik-baik bagi Allah

Assalamu'alaika ayyuhan nabiyyu wa rohmatullahi wa barakatuh

Bahagialah engkau wahai para nabi dengan rahmat dan berkah-Nya

Assalamu ’alaina wa'ala 'ibadillahis sholihin

Bahagialah kami dan hamba-hamba Allah yang soleh

Asyhadu ala ilaha illallah , wa asyhadu anna Muhammad darosulullah

Aku mengaku bahwa sesungguhnya tidak ada ilah selain Allah, dan bahwa sesungguhnya Muhammad itu adalah Rasul-Nya

Allahumma sholli 'ala Muhammad wa'ala ali Muhammad,

Ya Allah berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammacd,

kama sholaita 'ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim,

segagaimana Engkau telah memberikannya kepada Ibrohim dan keluarga Ibrahim,

wa barik 'ala Muhammad wa'ala ali Muhammad,

dan berikan berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad

kama barokta 'ala Ibrahiim wa 'ala ali Ibrahim,

Segagaimana Engkau telah memberikannya kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim,

fil'alamina innaka hamidum majid.

Sesungguhnya Engkau Maha terpuji dan Maha Mulia

Asalamu'alaikum warohmatulohi wa barakatuh

Salam sejahtera, rahmat dan berkah Allah semoga dilimpahkan kepada kalian

Astaghfirullahal'azhim

Saya mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung

Allahumma antas salam,

Ya Allah, Engkau Maha Sejahtera,

wa minkas salam,

dan dari-Mu lah kesejahteraan,

Tabarokta ya dzal jalali wal ikrom

Maha berkah Engkau ya Allah, yang memiliki kemegahan dan kemuliaan

Subhanallah

Maha Suci Allah

Alhamdulillah

Maha terpuji Allah

Allahu Akbar

Allah Maha Besar