Friday, July 13, 2007

Manfaat Medis Sholat Tahajud

Free Web Counter

Manfaat medis Tahajud vs kanker berdasarkan Riset

Prof. Dr. Mohammad Sholeh, Drs., M.Pd. PNI, (Guru Besar IAIN Sunan Ampel
Surabaya, Penulis Buku Best Seller "Terapi Salat Tahajud" )

Penyakit kanker mungkin merupakan suatu hal yang mengerikan bila
dibandingkan dengan penyakit-penyakit lain. Sebab, di samping frekuensinya
yang tinggi, akibat yang ditanggung penderita dan keluarganya
berkepanjangan. Misalnya kanker payudara. Frekuensinya lebih tinggi
dibanding kanker leher rahim. Tetapi kanker leher rahim lebih sering
mematikan dan lebih banyak diketahui perkembangannya. Proses perubahan dari
sel normal sampai menjadi sel kanker yang memberikan gejala merupakan
proses yang perlahan-lahan dan memakan waktu bertahun-tahun. Saat diketahui
adanya sel kanker sampai penyebarannya ke organ-organ sekitarnya memakan
waktu 10 tahun atau lebih. Frekuensinya berbeda-beda, tergantung klinik
yang melaporkan, bangsa, umur, dan tingkat sosial ekonomi. Penyebab yang
pasti belum diketahui. Tetapi, ada keadaan tertentu yang berhubungan erat
sekali dengan penyakit kanker pada masing- masing organ tubuh. Stadium
preklinis tak dapat dibedakan dengan infeksi pada umumnya. Stadium
permulaan sering tampak sebagai lesi, tampak sebagai daerah keras yang
lebih tinggi daripada daerah sekitarnya dan mudah berdarah. Stadium
setengah lanjut telah mengenai sebagian besar atau seluruh organ. Semetara,
pada stadium lanjut sudah terjadi kerusakan jaringan, rapuh, dan mudah
berdarah, selanjutnya dapat menyebar ke organ sekitarnya. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan keluhan klinis yang kadang-kadang tidak dikeluhkan
dan berdasarkan pemeriksaan penunjang lainnya, dari yang sederhana hingga
yang canggih.

Tahajud ternyata tidak hanya membuat seseorang yang melakukannya
mendapatkan tempat (maqam) terpuji di sisi Allah (QS: Al-Isra':79)

, tapi
juga penting bagi dunia kedokteran. Menurut penelitian Mohammad Sholeh,
dari Universitas Airlangga Surabaya, salah satu sholat sunah itu bisa
membebaskan seseorang dari serangan infeksi dan penyakit kanker. Bila ingin
membuktikan, rajin-rajinlah sholat tahajud. Jika Anda melakukannya secara
rutin, benar, khusyuk, dan ikhlas, niscaya Anda terbebas dari infeksi dan
kanker.

Mohammad Sholeh memang bukan "tukang obat" jalanan. Dia melontarkan
pernyataan itu dalam disertasinya yang berjudul Pengaruh Sholat Tahajud
terhadap Peningkatan Perubahan Respons Ketahanan Tubuh Imunologik: Suatu
Pendekatan Psikoneuroimunologi. Penelitian Sholeh tersebut telah
dipertahankan di depan dewan penguji Program Doktor Universitas Airlangga.

Pria yang berusia belum genap limapuluh tahun dan berwajah sumringah ini
lantas menyebut sholat sebagai kunci, baik untuk memperbaiki maupun
mencegah perbuatan mungkar. Kenapa shalat? Karena berdasarkan surah
Al 'Ankabut ayat 45, Innash shalaata tanhaa 'anil fahsyaa-i wal munkar.
Selain itu sholat adalah amalan yang pertama kali ditanyakan di akherat
nanti. Namun sholat yang bagaimana dulu? Sebab belum tentu orang yang
sholat lima waktu, sholat tahajjud, dhuha, puasa, steril dari korupsi,
lihat dulu kualitas shalatnya, lanjutnya. Jawabannya adalah sholat yang
khusyuk, yaitu sholat yang didasari oleh kesadaran mendalam terhadap makna,
tujuan, dan konsekuensinya, bukan sekedar ritual untuk menggugurkan
kewajiban, yang pada pelaksanaannya tetap harus dikerjakan dengan rileks.
Oleh karena itu Sholeh mengusulkan diadakannya pelatihan sholat khusuk bagi
para pejabat.

Lulus dari pondok pesantren Lirboyo, Mohammad Sholeh berkuliah di
Universitas Tribakti Lirboyo dan di sana ia meraih gelar sarjana muda
Tarbiyah. Setelah itu ia meneruskan pendidikannya pada jenjang S1 di
Universitas Muhammadiyah Malang. Lalu dilanjutkan dengan S2 pada bidang
psikologi konseling di IKIP Malang. Atas tawaran beberapa profesor, ia
mengambil program doktor di Universitas Airlangga Surabaya dalam bidang
kedokteran, lebih khusus psikoneuroimunologi (ilmu yang mempelajari
hubungan antara tubuh dan jiwa serta pengaruhnya terhadap sistem kekebalan
dan hormon tubuh). Ia mengangkat sholat tahajjud, yang didawamkannya sejak
dulu, dalam disertasinya yang berjudul: Pengaruh Sholat Tahajjud Terhadap
Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imunologik: Suatu Pendekatan
Psikoneuroimunologi. Sehubungan dengan itu, pada 2001 ia diundang oleh
Universitas Harvard Amerika Serikat untuk menyampaikan presentasi. "Di
Barat sekarang sudah dikembangkan pendekatan holistik, yang melihat pasien
bukan hanya sebongkah tulang, kulit, dan darah, tetapi juga aspek
psikisnya. Menurut saya manusia dipengaruhi oleh aspek fisik, psikis,
keyakinan agama, dan lingkungan. Empat hal itu senantiasa berinteraksi,"
tutur pria yang energik dan sangat kooperatif ini.

Lalu ilmu-ilmu yang saling melengkapi tersebut dikembangkannya dengan
penyembuhan. Sejak 2001 ia berpraktik psikoneuroimunologi dengan pendekatan
holistik di masjid al-Akbar Surabaya. Berdasarkan pengalaman, 90% penyakit
yang diderita oleh pasien-pasiennya disebabkan oleh persoalan psikologis.
Kalau stres, metabolisme tubuh akan berubah, kemudian daya tahan tubuh akan
rendah sehingga mudah terkena infeksi dan jatuh sakit, jelas Sholeh. "Jika
ingin bebas dari kanker, shalatlah yang khusuk, dzikir, makan makanan
halal," sarannya.

Sholat Tahajud vs Kanker

Selama ini tahajud hanya dinilai merupakan ibadah sholat tambahan atau
sholat sunah. Padahal, jika dilakukan secara kontinu, tepat gerakannya,
khusyuk, dan ikhlas, secara medis sholat itu bisa menumbuhkan respons
kekebalan tubuh (imunologik), khususnya pada imunoglobuliin M.G.A dan
limfosit-nya yang berupa persepsi dan motivasi positif serta dapat
mengefektifkan kemampuan individu untuk menghadapi masalah yang dihadapi
(coping).

Tahajud yang dimaksudkan di sini bukan sekadar menggugurkan status sholat
yang muakadah (sunah mendekati wajib). Tahajud menitikberatkan pada
rutinitas salat, ketepatan gerakan, kekhusyukan, dan keikhlasan. Selama
ini, ulama melihat masalah ikhlas sebagai persoalan mental-psikis. Namun,
sebetulnya soal ini dapat dibuktikan dengan teknologi kedokteran. Ikhlas
yang selama ini dipandang sebagai misteri dapat dibuktikan secara
kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol.

Parameternya dapat diukur dengan kondisi tubuh. Dalam kondisi normal,
jumlah hormon kortisol pada pagi hari antara 38-690 nmol/liter. Sedangkan
pada malam hari atau setelah pukul 24.00 normalnya antara 69-345
nmol/liter. Kalau jumlah hormon kortisolnya lebih dari normal, bisa
diindikasikan orang itu tidak ikhlas karena tertekan. Begitu sebaliknya.
Temuannya ini menegaskan dan membantah paradigma lama yang menganggap
ajaran agama (Islam) semata-mata dogma atau doktrin.

Berdasarkan temuan ini, ada penelitian terhadap 41 responden siswa SMU
Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya. Dari 41 siswa itu,
hanya 25 yang sanggup bertahan menjalankan tahajud selama sebulan penuh.
Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan tahajud selama 2 bulan.
Sholat dimulai pukul 02,00-03.30 sebanyak 13 rakaat. Masing-masing
dilakukan dua rakaat empat kali salam plus tiga rakaat. Selanjutnya, hormon
kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di Surabaya.

Hasilnya ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin bertahajud
secara rutin dan dengan perasaan ikhlas berbeda jauh dengan orang-orang
yang tidak melakukan tahajud. Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajud
memiliki ketahanan tubuh dan kemampuan individual untuk menanggulangi
masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil. Jadi, tahajud selain bernilai
ibadah juga sekaligus sarat muatan psikologis yang dapat mempengaruhi
kontrol kognisi.

Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping yang
efektif, emosi positif dapat menghindarkan seseorang dari stres.

Orang yang stres biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan
infeksi. Dengan tahajud yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan
ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan mempunyai respons imun yang
baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan
kanker. Dan hasil hitungan teknis medis menunjukkan tahajud yang dilakukan
seperti itu membuat orang punya ketahanan tubuh yang baik.

Berikut ini resume dari tanya jawab antara Cholis Akbar dari Majalah
Hidayatullah dengan Prof. Dr. Muhammad Sholeh (46 tahun) seorang Psiko-
Neuroimunolog mengenai disertasinya di Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya, yang berjudul "Pengaruh Sholat Tahajjud terhadap
Peningkatan Perubahan Respons Ketahanan Tubuh Imunologik : Suatu Pendekatan
Psiko-Neuroimunologi." Hasil penelitiannya sudah dipraktekkan secara
langsung di Klinik Terapi Tahajjud di Masjid Al-Akbar Surabaya. Sudah
banyak pasien, baik yang penyakitnya ringan maupun berat, berhasil sembuh.
Bahkan banyak di antara pasiennya berstatus dokter, misalnya seorang dokter
Patologi Klinis yang pernah menderita penyakit maag, pusing berat dan
depresi (psikosomatis), sangat tergantung pada obat dan sempat operasi
endoskopi dua kali. Setelah rutin menjalankan tahajjud mulai pukul 02.14
sampai menjelang subuh, Alhamdulillah hingga kini penyakitnya hilang dan
sudah tak lagi tergantung obat.

Q : Bagaimana sih sholat yang khusyu` itu?

A : Dalam kitab Islamuna halaman 119, tercantum sebuah hadits Qudsi. Kata
Allah Subhanahu wa Ta`ala kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wa
sallam, "Sesungguhnya Aku hanya menerima sholat hamba-Ku yang merendahkan
hatinya kepada keagungan-Ku, tidak mengaku-ngaku lebih baik dari hamba-
hamba-Ku yang lain, mengisi harinya dengan dzikir kepada-Ku, senantiasa
menjaga dirinya dari perbuatan maksiat dan menyayangi orang yang sedang
dalam perjalanan kebajikan, menyayangi para janda dan orang-orang yang
tertimpa musibah."

Q : Bisa dijelaskan lebih detail?

A : Rasulullah pernah menyuruh seseorang mengulang shalatnya hingga empat
kali. Orang itu kemudian berkata, "Ya Rasulullah, saya tidak bisa melakukan
sholat sebaik yang saya lakukan ini." Sejak itu, Rasulullah mengajari
sholat khusyu`. Di antara yang diajarkan adalah jangan takbiratul ihram
sebelum hatinya benar-benar menggantung pada Allah. Seseorang tidak akan
khusyu` dalam shalatnya jika tidak merasa hina di hadapan Allah. Orang yang
rajin sholat bahkan rajin tahajjud tetapi masih berakhlaq tidak baik,
misalnya korupsi, sombong, dan bangga dengan jabatannya, dapat dipastikan
shalatnya tidak khusyu` dan mustahil diterima Allah.

Beberapa saat lalu, ada pasien wanita datang ke rumah. Katanya, suaminya
tahajjud, sholat tiap hari, juga puasa Senin-Kamis, tetapi mengapa 9 dari
10 pembantunya pernah "ditiduri"? Saya katakan, ini tanda-tanda sholat yang
tidak membekas dan tidak diterima oleh Allah. Pasti ada sesuatu yang salah.
Setelah saya tanya, akhirnya dia mengaku nilai hartanya hampir Rp. 6 milyar
dan punya perusahaan di mana-mana. Tetapi, dia belum pernah mengeluarkan
zakat. Masih banyak harta haram pada dirinya. Saya katakan, itulah
penyebabnya. Jadi sebagian besar kita diajari sholat oleh bapak, ustadz dan
guru-guru dulu hanya normatif saja.

Q : Ada ciri lainnya?

A : Kata hadits itu, "Dzaalika nuuru kanurisy-syamsi". Mukanya akan
berkilauan bak cahayanya matahari. Kalau bahasa lainnya, wajahnya
memancarkan aura. Dan yang paling kelihatan, hidupnya dikendalikan oleh
Allah. Makanya, janji Allah dalam hadist Qudsi pada orang yang melakukan
tahajjud, "Matamu adalah mata-Ku, telingamu adalah telinga-Ku, dan hatimu
adalah hati-Ku. Dan para malaikat Aku minta untuk menjaganya."

Orang-orang yang ahli tahajjud, hatinya amat peka. Sedikit saja melakukan
maksiat, dia akan merasa tidak enak. Tetapi bagi yang tidak, melakukan
maksiat apapun kebal karena tak dijaga oleh Allah. Itulah sebabnya, saya
sering menyarankan pasien-pasien saya untuk berlatih sholat tahajjud yang
khusyu`.

Q : Berapa banyak pasien Anda?

A : Wah banyak. Saya kebetulan diberi tempat oleh Masjid Al-Akbar Surabaya
untuk buka klinik konseling tiap Senin dan Rabu. Itu saja pasiennya harus
indent (pesan tempat) dulu. Tetapi saya sering meminta sekitar 15 orang
saja tiap harinya. Maklum, saya kan sendirian.

Q : Apa saja penyakit pasien dan bagaimana terapinya?

A : Macam-macam. Lucunya, tak sedikit di antara mereka itu dokter. Mei lalu
ada seorang dokter menjadi Dekan Fakultas Kedokteran di sebuah PT di Jawa
Timur yang sedang collaps (stress). Karena anak dan isterinya dokter, saya
minta pada mereka untuk mengambil darahnya dan memeriksanya ke
laboratorium. Kesimpulannya ketika itu, hormon kortisol (penyebab stress)
dan glukosanya (gula dalam darah) naik.

Umumnya, jika pakai paradigma kedokteran, jika kortisol naik, pasien selalu
dianjurkan minum kortiko steroid. Tetapi dokter tak bisa menyimpulkan
penyebab penyakitnya sehingga dibentuklah tim medis yang terdiri atas para
ahli. Namun tak mampu membantunya. Sampai suatu ketika, seorang teman ahli
patologi klinik meminta saya untuk datang ke unit perawatan intensif (ICU),
tempat pasien itu dirawat. Saya kemudian meminta para dokter ahli keluar
sehingga hanya ada pasien dan saya berdua. Saya kemudian bertanya detail
tentang kegiatannya dari pagi hingga malam. Termasuk soal ibadah shalatnya.
Kesimpulannya, dia overload hingga menyebabkan stres. Saking sibuknya,
sampai-sampai sholat dan dzikirnya saja selalu terburu-buru.

Saya katakan bahwa faktor naiknya kortisol juga bisa karena masalah-masalah
psikis. Saya menyarankan untuk sholat tahajjud secara khusyu`.
Alhamdulillah, beberapa hari kemudian dia sembuh.

Q : Dimana hubungan sholat tahajjud dengan kesehatan?

A : Penelitian saya menunjukkan, kalau seseorang bisa sholat tahajjud
dengan khusyu`, gerakannya tepat, dan dilakukan secara kontinu, maka akan
ada perubahan di dalam tubuhnya. Dalam tubuh kita ada sebuah sistem yang
namanya imun. Sistem imun ini berfungsi melindungi diri dari berbagai
patogen (parasit yang bisa menimbulkan penyakit), jejas (lecet), dan toksin
(zat racun). Udara yang kita hirup dan kelihatannya bersih ini, bisa
dipastikan banyak virusnya. Seandainya Allah tidak bisa memberikan
seperangkat sistem yang disebut sistem imun itu, mungkin kita sudah
meninggal sejak dulu. Sistem itu berbentuk kimia, cairan, atau sel. Kalau
dijelaskan di sini terlalu banyak. Setidaknya, dalam penelitian saya ada 9
bentuk. Di antaranya apa yang disebut dalam dunia kedokteran sebagai hormon
kortisol, eosinofil, neutrofil, sel-K, basofil, makrofag, dan imunoglobulin
(IgA, IgM, IgG, IgD, dan IgE). Darah kita ini kan merah. Kalau diambil dan
diberi reagent (sejenis zat kimia yang biasa dipakai untuk mengetes
golongan darah), warnanya bisa berubah dan berbeda bentuk. Perubahan dan
perbedaan bentuk ini menunjukkan fungsi yang berbeda. Ada sel yang bernama
makrofag, diambil dari kata makro (besar) dan fag (pemakan). Itu adalah sel
yang berfungsi memakan sel lain yang tidak normal. Nah, sekresi (proses
mengeluarkan dari dalam tubuh) makrofag tergantung kondisi psikis seseorang.

Q : Kondisi psikis yang bagaimana?

A : Jika kondisi jiwanya kacau, misalnya anak nakal, isteri menyeleweng,
pekerjaan kantor menumpuk, kondisi ekonomi jatuh, biasanya dia akan mudah
stres. Dalam keadaan begitu, jika otak itu difoto, teksturnya akan terlihat
kacau. Tapi kalau sholat dan tahajjudnya benar-benar khusyu` dan ikhlas,
hormon-hormon yang ada di tubuhnya akan bergerak normal dan tenang. Dia
menempatkan Allah menjadi segala-galanya. Nah, jika makrofag tidak
tersekresi oleh tubuh, maka akan bahaya. Jika sekresinya hipo alias kurang,
jadilah rentan kanker. Bisa kanker prostat, ginjal, rahim, atau payudara.
Mengapa? Karena sel-sel yang tidak normal tadi tak termakan oleh makrofag.
Tetapi jika dia rajin tahajjud, insya Allah tak akan ada kanker.

Q : Artinya, peningkatan keimanan punya efek dalam tubuh?

A : Sangat. Begini saja gampangnya. Seseorang jika tahajjudnya baik, maka
imannya ikut meningkat. Jika iman meningkat, seseorang akan selalu positive
thinking (berprasangka baik). Kalau sudah positive thinking, maka persepsi
terhadap hidupnya akan lebih baik dibanding orang lain. Bahkan ketika
ditimpa musibah, dia selalu positive thinking "Tak mungkin Allah
menyengsarakanku. Pasti ada hikmahnya. Ini pasti yang terbaik bagiku."
Begitu seterusnya.

Dalam neurologi (ilmu syaraf), persepsi itu diubah oleh otak menjadi impuls
(rangsangan). Kalau orang itu tenang, maka corticotropic releasing factor
(CRF) akan mempengaruhi andrenocorticotropic hormone (ACTH) dan kortisol.
Teori kedokteran mengatakan, kalau kortisol naik, maka imunologinya turun.
Makanya, jika orang tahajjud dengan baik dan ikhlas, kondisi jiwanya akan
tenang dan hormon-hormon lain akan menjadi normal.

Di Barat, anak-anak yang kurang cerdas biasanya diinjeksi dengan senyawa
ACTH agar membantunya menjadi lebih cerdas. Seharusnya, orang muslim tak
perlu suntikan ACTH. Sebab jika sholat tahajjudnya benar, secara otomatis
ACTH naik dan itu bisa membantu kecerdasan.

Q : Seperti ada kekuatan metafisika luar biasa di balik sholat tahajjud
yang benar ya?

A : Betul. Dan itu bukan metafisika, tetapi fisika. Biologi molekuler
mengatakan bahwa energi esensi bukan dari protein, tetapi dari
spiritualitas. Sebagian orang mengatakan jika ada orang belajar aura, ujung-
ujungnya dianggap mistis. Itu bukan mistis karena bisa dipelajari. Semua,
selain Allah, itu molekul. Dan molekul itu tersusun atas atom yang
berevolusi seperti bumi mengitari matahari. Ilmu seperti itu bisa
dipelajari. Makanya jangan heran jika di televisi ada dokter bisa menebak
penyakit pasien dari jarak jauh. Itu bukan jin, tetapi bisa dipelajari.

Insya Allah, jika shalatnya khusyu` dan tahajjudnya benar, energi yang
dipancarkan dari wajahnya sangat kelihatan. Sebaliknya orang yang
mengabaikan spiritualitas, pancaran sinar dari wajahnya gelap. Itulah yang
disebut "min atsaris-sujuud" (Al-Fath : 29). Ada bekas-bekas sujudnya.
Andaikata dia berkulit hitam, cahayanya tetap kelihatan.

Q : Di Barat, spiritualitas juga masuk dalam dunia medis. Adakah
perbedaannya dengan spiritualitas yang Anda maksud di atas?

A : Jika dulu di Barat paradigma ilmunya mengekor pada Newtonian, sekarang
tidak lagi. Terutama sejak munculnya Fritjof Capra (fisikawan), paradigma
ilmu medis ada banyak perubahan. Ini juga berkembang pada ilmu Antropologi,
Sosiologi, dan Psikologi. Sekarang tidak lagi mengarah pada materialisme,
tetapi sudah mulai berkembang pada spiritualisme.

Dalam perkembangan ilmu Psikologi juga lahir Golden Alport, Abraham Maslow,
dan Carl Gustav Jung yang mengakui pendekatan spiritual. Memang, pendekatan
spiritualnya tidak seperti kita karena mereka Nasrani. Ini pula yang
berdampak pada ilmu medis. Tadinya Newtonian, kini berkembang pada
psikoneuroimunologi.

Jadi mereka sudah melihat manusia secara holistik. Tidak hanya persoalan
medis, juga persoalan psikis dan spiritual. Makanya Ramachandran, seorang
ahli neurologi dari Universitas California (AS), menemukan bahwa di area
otak kita ada "God Spot" (titik Tuhan).

Q : Tetapi mengapa pendekatan spiritualitas seperti itu belum begitu
diterima di Indonesia, justru berkembang di Barat?

A : Ya, kita memang ketinggalan. Islam hanya dipersepsi pada hal-hal ritual
saja. Islam hanya dianggap soal shalat, zakat, dan haji. Itulah yang
melatarbelakangi lahirnya "pemberontakan" dalam diri saya sejak kecil.

Q : Pemberontakan apa?

A : Mengapa ada dikotomi Islam dan umum? Mengapa Islam dipersepsi hanya di
IAIN, di luar itu tidak dikatakan Islam? Mengapa ada istilah sekolah umum
dan agama? Paradigma itu harus segera diubah.

Makanya saya bermimpi, bagaimana jika suatu hari ada ilmuwan, fisikawan,
kimiawan, atau dokter ahli tetapi dia sangat faqih dan tak pernah lupa
sholat tahajjudnya. Bibirnya senantiasa basah karena dihiasi dzikir. Kalau
sudah seperti ini, mustahil ada ilmuwan yang jahat atau korup. Masalahnya,
kita tak memiliki lembaga pendidikan yang tak memberi batasan dalam mencari
ilmu. Ya, inilah krisis epistemologi ilmu.

Q : Kenapa Anda tertarik melakukan penelitian tentang sholat tahajjud?

A : Ini amalan yang sudah saya lakukan sejak kecil. Tetapi saat memilih
judul disertasi itu, saya diliputi kebingungan. Siapa yang akan saya
jadikan penelitian? Alhamdulillah ada kemudahan. Co-promotor saya
menyarankan agar meneliti santri-santri di Pesantren Hidayatullah yang
memang membudayakan sholat tahajjud.

Q : Siapa yang mengenalkan Anda pada sholat tahajjud saat kecil?

A : Orangtua saya. Ibu saya rajin tahajjud sampai sekarang. Beliau sekarang
umurnya sudah 80 tahun tetapi masih sehat dan jarang sakit-sakitan. Semasa
di Pesantren Lirboyo, saya sering makan tidak teratur dan puasa Senin-
Kamis. Tetapi kok saya jarang sakit? Jangan-jangan karena rutin melakukan
sholat tahajjud. Cuma masalahnya ketika itu kan tidak bisa membuktikannya.
Nah, setelah penelitian ini barulah saya bisa membuktikan manfaat tahajjud
yang luar biasa. Sejak itu saya ingin mengabarkan pada banyak orang tentang
manfaat sholat tahajjud. Alhamdulillah, Yayasan Masjid Al-Akbar Surabaya
meminta saya membuka Klinik Konseling Terapi Tahajjud.

Q : Adakah obsesi hidup Anda yang kini belum terlaksana?

A : Saya sudah banyak mendapatkan kemudahan dari Allah. Kadang, jika sedang
sendirian, saya sering merenung. Nanti, jika Allah memanggil saya dan
bertanya, "Kamu kan telah diberi kesempatan bisa bekerja di institusi
seperti IAIN (Terdiam. Airmatanya tiba-tiba mengalir. Ia menangis hampir 3
menit usai mengucapkan kata IAIN). Dan ketika melihat banyak kemaksiatan
nampak nyata di depan mata, apa yang bisa kamu perbuat, Sholeh?" Saya takut
tak bisa menjawabnya. Ya Allah, saya sudah berusaha, tetapi itulah
kemampuan saya.

Demikian wawancara dengan Prof.Dr. Moh Sholeh dimana meski ybs disibukkan
dengan kegiatan mengajar, yang tidak hanya di Surabaya, tapi juga Jember,
Banyuwangi, Jogjakarta, bahkan Mataram, Kalimantan, dan UNSRI Palembang,
Sholeh senantiasa menyempatkan waktu berkumpul dengan keluarga setiap hari
Senin dan Jumat, mengajak anak-anaknya ke masjid, mendongeng untuk mereka.
Bersama istrinya, ia berusaha menjadi teladan bagi anak-
anaknya. "Alhamdulillah anak-anak saya puasa Senin Kamis, baca al-Qur'an
tanpa saya perintah," ujarnya.

Mengaku enjoy dengan hidupnya dan tidak pernah merasa pusing, Sholeh
berpesan lima hal yang jadi 'thoriqoh'nya: jangan sakiti kedua orangtua,
sebisa mungkin kurangi beban mereka, tegakkan amar ma'ruf nahi munkar
dengan jalan yang santun dan baik, makan makanan yang halal, bantulah orang
lain meski kita dalam kondisi kepepet, dan perbanyak ibadah mahdoh dan
sunah. Selain itu, pesannya juga, dalam jihad besar melawan hawa nafsu,
kondisikan lingkungan kita dengan ibadah yang baik, ciptakan lingkungan
orang-orang soleh, jangan dekati orang yang tidak soleh, mengondisikan diri
shalat dhuha dan tahajjud, yang khusuk dan sadar, insya Allah peperangan
ini senantiasa kita menangkan.

Hari itu seusai memberi kuliah, Sholeh melanjutkan perjalanannya ke masjid
al-Akbar, setelah maghrib barulah ia pulang ke rumahnya di Kediri untuk
keesokan harinya kembali ke Surabaya. Ketika ditanya kenapa ia tidak
menetap di Surabaya saja, ia menjawab," Siapa yang nanti mengopeni majelis
yasinan di tempat saya?"

Dikutip dari : Majalah Hidayatullah & sumber2 lain.

Mahabenar Allah, yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana


2 comments:

  1. Anonymous2:20 PM

    Alhamdulillah,terima kasih info penelitiannya,saya jadi tahu manfaatnya.Wassalam.

    ReplyDelete
  2. Anonymous12:09 PM

    terimaksih infonya

    ReplyDelete